Rabu, 01 Juni 2011

PENCEGAHAN KANKER CERVIKS DENGAN IVA

Pencegahan Kanker serviks dengan IVA

Apakah kanker serviks itu?
Kanker serviks adalah kanker leher rahim / kanker mulut rahim yang di sebabkan oleh virus HPV ( H uman Papiloma Virus )
Kanker serviks atau kanker leher rahim atau disebut juga kanker mulut rahim merupakan salah satu penyakit keganasan di bidang kebidanan dan penyakit kandungan yang masih menempati posisi tertinggi sebagai penyakit kanker yang menyerang kaum perempuan.
Bagaimana gejala dari kanker serviks ?
Pada awal stadium kanker hampir tidak ada gejala, kecurigaan timbul bila ada keluhan keputihan atau mengalami perdarahan setelah berhubungan seksual.
Gejala lanjut dari kanker serviks ini adalah;
-Perdarahan di luar masa haid
- Jumlah darah haid tidak normal
-Perdarahan pada masa menopause ( setelah berhenti haid )
- Keputihan yang bercampur darah atau nanah
Siapa yang beresiko terkena kanker serviks;
- Menikah usia muda
- Melakukan hubungan seks di usia muda
- Berganti – ganti pasangan seks
- Melahirkan banyak anak
- Pasangan ( suami ) yang tidak disunat / di khitan
- Kurang menjaga kebersihan alat kelamin
- Mempunyai riwayat penyakit kelamin kronis
- Sering mengalami keputihan
Apakah kanker serviks bisa disembuhkan?
SEMAKIN DINI KANKER DITEMUKAN KESEMPATAN UNTUK SEMBUH SEMAKIN BESAR
Bagaimana cara deteksi dini kanker serviks?
ada dua cara yaitu dengan metode PAP SMEAR ( mahal ) dan metode IVA ( murah )
Bagaimana metode IVA dilakukan?
Pemeriksaan IVA atau Ispeksi Visual dengan Asam Asetat dilakukan dengan cara mengoleskan asam cuka 3 % sampai dengan 5 % .
Bila terlihat warna putih berarti ada keganasan sel dan bisa berubah menjadi kanker. Pemeriksaan IVA hanya sebentar dan tidak sakit.
Dapat dilakukan di praktek bidan atau puskesmas oleh dokter.
Pengobatan kanker yang memerlukan biaya besar, proses terapi yang tidak mudah, menimbulkan dampak psikologis bagi penderita dan mempengaruhi terhadap seluruh anggota keluarga.
Oleh karena itu sebaiknya sebagai seorang perempuan yang memperhatikan kesehatan diri dan mencintai keluarga berkeinginan untuk melakukan deteksi dini kanker serviks.
Siapakah yang harus diperiksa kanker serviks?
Perempuan yang sudah menikah dan berumur 30 tahun – 50 tahun tahun. Pemeriksaan di ulang secara berkala setiap satu tahun
Bagaimana persiapan pemeriksaan IVA?
Tidak sedang haid, atas sepengetahuan dan dukungan suami.
Mencegah lebih baik dari pada mengobati Segera lakukan pemeriksaan kanker serviks melalui pap smear ataupun melalui IVA, SEBAGAI TANDA CINTA PADA KELUARGA.




FAKTOR RESIKO

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker serviks, antara lain
adalah :

1. Hubungan seks pada usia muda atau pernikahan pada usia muda
Faktor ini merupakan faktor risiko utama. Semakin muda seorang perempuan melakukan hubungan seks, semakin besar risikonya untuk terkena kanker serviks. Berdasarkan penelitian para ahli, perempuan yang melakukan hubungan seks pada usia kurang dari 17 tahun mempunyai resiko 3 kali lebih besar daripada yang menikah pada usia lebih dari 20 tahun.

2. Berganti-ganti pasangan seksual
Perilaku seksual berupa gonta-ganti pasangan seks akan meningkatkan penularan penyakit kelamin. Penyakit yang ditularkan seperti infeksi human papilloma virus (HPV) telah terbukti dapat meningkatkan timbulnya kanker serviks, penis dan vulva. Resiko terkena kanker serviks menjadi 10 kali lipat pada wanita yang mempunyai partner seksual 6 orang atau lebih. Di samping itu, virus herpes simpleks tipe-2 dapat menjadi faktor pendamping.

3. Merokok
Wanita perokok memiliki risiko 2 kali lebih besar terkena kanker serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak merokok. Penelitian menunjukkan, lendir serviks pada wanita perokok mengandung nikotin dan zat-zat lainnya yang ada di dalam rokok. Zat-zat tersebut akan menurunkan daya tahan serviks di samping meropakan ko-karsinogen infeksi virus.

4. Defisiensi zat gizi
Ada beberapa penelitian yang menyimpulkan bahwa defisiensi asam folat dapat meningkatkan risiko terjadinya displasia ringan dan sedang, serta mungkin juga meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks pada wanita yang makanannya rendah beta karoten dan retinol (vitamin A).

5. Trauma kronis pada serviks seperti persalinan, infeksi, dan iritasi menahun

MENGENALI TANDA-TANDA

Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda-tanda yang khas. Namun, kadang bisa ditemukan gejala-gejala sebagai berikut :
1. Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina.
2. Perdarahan setelah sanggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan yang abnormal.
3. Timbulnya perdarahan setelah masa menopause
4. Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning-kuningan, berbau dan dapat bercampur dengan darah.
5. Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.
6. Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul. Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis. Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat-tempat lainnya.
7. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki, timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat metastasis jauh.

Seperti layaknya kanker, jenis kanker ini juga dapat mengalami penyebaran (metastasis). Penyebaran kanker serviks ada tiga macam, yaitu :
1 Melalui pembuluh limfe (limfogen) menuju ke kelenjar getah bening lainnya.
2 Melalui pembuluh darah (hematogen)
3 Penyebaran langsung ke parametrium, korpus uterus, vagina, kandung kencing dan rectum.

Penyebaran jauh melalui pembuluh darah dan pembuluh limfe terutama ke paru-paru, kelenjar getah bening mediastinum dan supraklavikuler, tulang dan hati. Penyebaran ke paru-paru menimbulkan gejala batuk, batuk darah, dan kadang-kadang nyeri dada. Kadang disertai pembesaran kelenjar getah bening supraklavikula terutama sebelah kiri.

• Vaksin
Kanker serviks adalah satu-satunya kanker yang sudah diketahui penyebabnya dan bisa dicegah salah satunya dengan vaksin. Jangan lupa setelah vaksin Bunda juga harus tetap melakukan tes rutin lainnya.

• Pap Smear
Pap smear adalah tes lendir serviks untuk mengetahui ada atau tidaknya sel kanker pada mulut rahim. Kebanyakan pasien datang ke dokter setelah menderita kanker serviks stadium lanjut, maka dari itu lakukanlah tes pap smear setahun sekali secara rutin.

• Ganti celana dalam atau pembalut yang sudah terasa lembab, jangan menunda-nunda karena jamur bisa tumbuh dan akhirnya menyebabkan infeksi.

• Hindari rokok karena resiko kanker serviks lebih tinggi pada perokok aktif

• Tidak melakukan seks bebas dengan bergonta-ganti pasangan. Resiko terjangkit infeksi tentunya jauh lebih besar daripada mereka yang hanya berhubungan dengan pasangan tetap.

• Cukupi kebutuhan gizi sehari-hari sebagai upaya menghalau virus tumbuh dalam tubuh. Vitamin A, C E dan asam folat dan sayuran hijau sangat dianjurkan.

Jumat, 29 April 2011

anatomi fisiologi alat reproduksi wanita

PENDAHULUAN

A. 1. Deskripsi Mata Ajar Anatomi Fisiologi
Mata kuliah ini membahas tentang anatomi dan fisiologi tubuh manusia khususnya alat reproduksi wanita, yang menguraikan struktur, komponen alat reproduksi wanita dan perkembangannya serta fungsi system tubuh wanita dan mekanisme fisiologinya.
Kegiatan belajar dilakukan melalui kuliah, diskusi ,penugasan dan praktikum.

Pada bab ini membahas tentang adaptasi fisiologi kehamilan, adaptasi psikologi kehamilan dan adaptasi keluarga dalam kehamilan

Oleh karena itu pada akhir bab ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang anatomi fisiologi alat reproduksi sehingga kelak dapat memberikan asuhan dalam pelayanan keperawatan dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

A. 2. Tujuan Instruksional Khusus.
Berdasarkan uraian daiatas, maka dalam bab ini akan dijelaskan tentang anatomi fisiologi alat reproduksi meliputi :
1. Anatomi Fisiologi wanita
2. Anatomi jalan lahir



















BAB II
Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi Wanita

Terdiri alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam rongga panggul.
Eksternal (sampai vagina) : fungsi kopulasi
Internal : fungsi ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi, pertumbuhan fetus, kelahiran.
Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormon-hormon gondaotropin / steroid dari poros hormonal thalamus - hipothalamus - hipofisis - adrenal - ovarium.
Selain itu terdapat organ/sistem ekstragonad/ekstragenital yang juga dipengaruhi oleh siklus reproduksi : payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan sebagainya.
GENITALIA EKSTERNA
Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
Mons pubis / mons veneris
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis.
Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut pubis.
Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak mengandung pleksus vena.
Homolog embriologik dengan skrotum pada pria.
Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora.
Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior).
Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut. Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.
Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina.
Homolog embriologik dengan penis pada pria.
Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.
Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia minora. Berasal dari sinus urogenital.
Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis.
Introitus / orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan.
Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut parous.
Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang tampak pada wanita pernah melahirkan / para.
Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.
Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid.
Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan).
Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis. Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri.
Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.
Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra).
Perineal body adalah raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina.
Perineum meregang pada persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
GENITALIA INTERNA
Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi konseptus.
Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan.
Terdiri dari corpus, fundus, cornu, isthmus dan serviks uteri.
Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil, setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi siklus haid.
Corpus uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal, anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria.
Proporsi ukuran corpus terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan perkembangan wanita (gambar).
Ligamenta penyangga uterus
Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale, ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina.
Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta arteri ovarica cabang aorta abdominalis.
Salping / Tuba Falopii
Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium sampai cavum uteri.
Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular) serta mukosa dengan epitel bersilia.
Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica, pars ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya (gambar).
Pars isthmica (proksimal/isthmus)
Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba pengendali transfer gamet.
Pars ampularis (medial/ampula)
Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba bagian ini.
Pars infundibulum (distal)
Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya, melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi “menangkap” ovum yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam tuba.
Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).
Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae “menangkap” ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi.
Ovarium terfiksasi oleh ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap arteri renalis.
CATATAN :
Letak / hubungan anatomik antara organ2 reproduksi (uterus, adneksa, dsb) dengan organ2 sekitarnya di dalam rongga panggul (rektum, vesika urinaria, uretra, ureter, peritoneum dsb), vaskularisasi dan persarafannya, silakan baca sendiri.
ORGAN REPRODUKSI / ORGAN SEKSUAL EKSTRAGONADAL
Payudara
Seluruh susunan kelenjar payudara berada di bawah kulit di daerah pektoral. Terdiri dari massa payudara yang sebagian besar mengandung jaringan lemak, berlobus-lobus (20-40 lobus), tiap lobus terdiri dari 10-100 alveoli, yang di bawah pengaruh hormon prolaktin memproduksi air susu. Dari lobus-lobus, air susu dialirkan melalui duktus yang bermuara di daerah papila / puting. Fungsi utama payudara adalah laktasi, dipengaruhi hormon prolaktin dan oksitosin pascapersalinan.
Kulit daerah payudara sensitif terhadap rangsang, termasuk sebagai sexually responsive organ.
Kulit
Di berbagai area tertentu tubuh, kulit memiliki sensitifitas yang lebih tinggi dan responsif secara seksual, misalnya kulit di daerah bokong dan lipat paha dalam.
Protein di kulit mengandung pheromone (sejenis metabolit steroid dari keratinosit epidermal kulit) yang berfungsi sebagai ‘parfum’ daya tarik seksual (androstenol dan androstenon dibuat di kulit, kelenjar keringat aksila dan kelenjar liur). Pheromone ditemukan juga di dalam urine, plasma, keringat dan liur.
POROS HORMONAL SISTEM REPRODUKSI
Badan pineal
Suatu kelenjar kecil, panjang sekitar 6-8 mm, merupakan suatu penonjolan dari bagian posterior ventrikel III di garis tengah. Terletak di tengah antara 2 hemisfer otak, di depan serebelum pada daerah posterodorsal diensefalon. Memiliki hubungan dengan hipotalamus melalui suatu batang penghubung yang pendek berisi serabut-serabut saraf.
Menurut kepercayaan kuno, dipercaya sebagai “tempat roh”.
Hormon melatonin : mengatur sirkuit foto-neuro-endokrin reproduksi. Tampaknya melatonin menghambat produksi GnRH dari hipotalamus, sehingga menghambat juga sekresi gonadotropin dari hipofisis dan memicu aktifasi pertumbuhan dan sekresi hormon dari gonad. Diduga mekanisme ini yang menentukan pemicu / onset mulainya fase pubertas.
Hipotalamus
Kumpulan nukleus pada daerah di dasar otak, di atas hipofisis, di bawah talamus.
Tiap inti merupakan satu berkas badan saraf yang berlanjut ke hipofisis sebgai hipofisis posterior (neurohipofisis).
Menghasilkan hormon-hormon pelepas : GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone), TRH (Thyrotropin Releasing Hormone), CRH (Corticotropin Releasing Hormone) , GHRH (Growth Hormone Releasing Hormone), PRF (Prolactin Releasing Factor). Menghasilkan juga hormon-hormon penghambat : PIF (Prolactin Inhibiting Factor).
Pituitari / hipofisis
Terletak di dalam sella turcica tulang sphenoid.
Menghasilkan hormon-hormon gonadotropin yang bekerja pada kelenjar reproduksi, yaitu perangsang pertumbuhan dan pematangan folikel (FSH - Follicle Stimulating Hormone) dan hormon lutein (LH - luteinizing hormone).
Selain hormon-hormon gonadotropin, hipofisis menghasilkan juga hormon-hormon metabolisme, pertumbuhan, dan lain-lain. (detail2, cari / baca sendiri yaaa…)
Ovarium
Berfungsi gametogenesis / oogenesis, dalam pematangan dan pengeluaran sel telur (ovum).
Selain itu juga berfungsi steroidogenesis, menghasilkan estrogen (dari teka interna folikel) dan progesteron (dari korpus luteum), atas kendali dari hormon-hormon gonadotropin.
Endometrium
Lapisan dalam dinding kavum uteri, berfungsi sebagai bakal tempat implantasi hasil konsepsi.
Selama siklus haid, jaringan endometrium berproliferasi, menebal dan mengadakan sekresi, kemudian jika tidak ada pembuahan / implantasi, endometrium rontok kembali dan keluar berupa darah / jaringan haid.
Jika ada pembuahan / implantasi, endometrium dipertahankan sebagai tempat konsepsi.
Fisiologi endometrium juga dipengaruhi oleh siklus hormon-hormon ovarium.
HORMON-HORMON REPRODUKSI
GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)
Diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi menstimulasi hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon gonadotropin (FSH / LH ).
FSH (Follicle Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respons terhadap GnRH. Berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel granulosa di ovarium wanita (pada pria : memicu pematangan sperma di testis).
Pelepasannya periodik / pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 3 jam), sering tidak ditemukan dalam darah. Sekresinya dihambat oleh enzim inhibin dari sel-sel granulosa ovarium, melalui mekanisme feedback negatif.
LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase luteal siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron.
Pelepasannya juga periodik / pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan singkat.
(Pada pria : LH memicu sintesis testosteron di sel-sel Leydig testis).
Estrogen
Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar adrenal melalui konversi hormon androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian di testis.
Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta.
Berfungsi stimulasi pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi wanita.
Pada uterus : menyebabkan proliferasi endometrium.
Pada serviks : menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks.
Pada vagina : menyebabkan proliferasi epitel vagina.
Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara.
Juga mengatur distribusi lemak tubuh.
Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu pertumbuhan / regenerasi tulang. Pada wanita pascamenopause, untuk pencegahan tulang keropos / osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon estrogen (sintetik) pengganti.
Progesteron
Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta.
Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase sekresi) pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi.
HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)
Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas (plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu (sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar 1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar 10.000 mU/ml).
Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi imunologik.
Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb).
LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin
Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum.
Pada kehamilan, prolaktin juga diproduksi oleh plasenta (HPL / Human Placental Lactogen).
Fungsi laktogenik / laktotropik prolaktin tampak terutama pada masa laktasi / pascapersalinan.
Prolaktin juga memiliki efek inhibisi terhadap GnRH hipotalamus, sehingga jika kadarnya berlebihan (hiperprolaktinemia) dapat terjadi gangguan pematangan follikel, gangguan ovulasi dan gangguan haid berupa amenorhea.





















ANATOMI JALAN LAHIR
Dibagi atas 2 bagian:
1. Bagian tulang: tulang panggul dan sendi-sendinya.
2. Bagian lunak: otot,jaringan,ligamen.
1.TULANG-TULANG PANGGUL
Terdiri dari:
1. Os coxae, terdiri dari: ilium,iskium,pubis.
2. Os sacrum
3. Os koksigeus
Yang ketiganya saling berhubungan, didepan: simfisis pubis, dibelakang artikulasio sakroiliaka, dibawah artikulasio sakrokoksigea. Yang memungkinkan pergeseran untuk memperbesar sedikit ukuran panggul saat persalinan.
Secara fungsional panggul terdiri dari 2 bagian:
1. Pelvis mayor / False Pelvis: diatas linea terminalis.
2. Pelvis Minor / True Pelvis: dibawah linea terminalis, yang bentuknya menyerupai saluran bersumbu melengkung kedepan / sumbu carus. Sumbu carus adalah garis yang menghubungkan titik-titik persekutuan antara diameter transversa dan conjugata vera pada Pintu Atas Panggul (PAP) dengan titik-titik sejenis di HII,III,IV.
(gambar 9-4 dan 9-5)
Bidang atas saluran ini normalnya berbentuk hampir bulat disebut Pintu Atas Panggul / Pelvic inlet. Bidang bawah saluran ini terdiri 2 bagian disebut Pintu Bawah Panggul / Pelvic outlet. Diantara kedua pintu ini terdapat ruang panggul / Pelvic cavity; yang menyempit dibagian tengah disebabkan oleh adanya spina iskiadika yang kadang menonjol ke dalam ruang panggul.

PINTU ATAS PANGGUL (PAP)
Pintu atas panggul adalah suatu bidang yang dibentuk oleh promontorium, korpus vertebrae sacral 1, linea terminalis, pinggir atas simfisis.
Jarak dari pinggir atas simfisis ke promontorium (conjugata vera) adalah 11cm.
Jarak terjauh garis melintang (diameter transversa) adalah 12,5 – 13 cm.
Dari artikulasio sakroiliaka ke titik persekutuan diameter transversa dan conjugata vera ke linea terminalis (diameter oblique) adalah 13 cm.
Jarak bagian bawah simfisis ke promontorium (conjugata diagonalis) secara statistik diketahui Conjugata Vera = Conjugata Diagonal – 1,5 cm.
Jarak dari bagian dalam tengah simfisis ke promontorium (conjugata obstetrica).
(gambar 9-6)

Dalam obstetric dikenal 4 jenis panggul:
1. Ginekoid (45%)
Jenis yang paling baik, dimana bentuk PAP hampir bulat.
2. Android (15%)
PAP berbentuk segitiga. Umumnya bentuk ini dimiliki pria. Dimana diameter anterior-posterior hampir sama dengan diameter transversa, mendekati sakrum.
3. Antropoid (35%)
PAP agak lonjong seperti telur. Panjang diameter anterior-posterior lebih besar.
4. Platipelloid (15%)
Sebenarnya jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka-belakang.
Untuk mengetahui ukuran pelvis secara tepat dengan pelvimetri rontgen, namun hanya untuk indikasi tertentu seperti:
- Feto-pelvic disproportion
- Ada riwayat trauma
- Penyakit tuberkulosa tulang panggul
- Bekas SC dan rencana partus pervaginam pada letak sungsang, presentsi muka, kelainan letak lain.
Sekarang sudah digunakan MRI (Magnetic Resonance Imaging) yang ternyata lebih aman dan lebih bermanfaat dari pada roentgen yang jelas menimbulkan pengaruh tidak baik pada ibu maupun pada janinnya. Dianjurkan meskipun pengaruh buruk dari MRI tersebut (genetic atau pun onkologi) belum diketahui maka pemakaiannya dalam trimester pertama, sewaktu organogenesis sedang berlangsung dengan hebatnya, seyogyanya tidak dilakukan. Indikasi pemakaian MRI dalam anatomi maternal antara lain:
- Plasenta previa
- Solusio plasenta
- Penyakit trofoblas
- Kelainan letak janin
- Adanya tumor pelvic.
(gambar 9-9)

PINTU BAWAH PANGGUL (PBP)
Terdiri dari 2 bidang datar, yaitu bidang yang dibentuk oleh garis antara kedua tuber ossis iskii dengan ujung os sacrum dan segitiga lainnya dengan bagian bawah simfisis. Pinggir bawah simfisis berbentuk melengkung ke bawah membentuk sudut (arkus pubis) normalnya kurang lebih 90. Jarak antara kedua tuber ossis iskii (distansia tuberum) kurang lebih 10,5 cm.

RUANG PANGGUL (PELVIC CAVITY)
Penyempitan dipanggul tengah setinggi spina iskiadika (distansia interspinarum) kurang lebih 10,5 cm. Bidang terluas pada pertengahan simfisis dengan os sacral. 2-3.

BIDANG HODGE
Kegunaannya untuk menentukan sampai mana bagian terendah janin turun dalam panggul pada persalinan.
H I dibentuk oleh PAP
H II sejajar HI dibagian bawah simfisis
H III setinggi spina iskiadika
H IV setinggi os koksigeus
(gambar 9-14)

UKURAN LUAR PANGGUL
Alat-alat yang dipakai : jangkar Martin, Oseander, Collin, Boudeloque.
Yang diukur:
1. Distansia Spinarum (kurang lebih 24 – 26 cm)
Jarak antara kedua Spina Iskiadika Anterior Superior (SIAS) kanan dan kiri.
2. Distansia kristarum (kurang lebih 28 – 30 cm)
Jarak kedua krista iliaka kanan dan kiri, umumnya ukuran ini tidak penting namun bila kurang dari 2-3 cm dari angka normal, dicurigai patologik.
3. Distansia Obliqua Externa
Jarak Spina Iskiadika Anterior Superior kanan dengan Spina Iskiadika Posterior Superior kanan dan sebaliknya.
4. Distansia intertrokanterika
Jarak kedua trokanter kanan dan kiri.
5. Conjugata Externa (Boudeloque) kurang lebih 18 cm.
Jarak bagian atas simfisis ke prosesus spinosus lumbal 5.
6. Distansia tuberum (kurang lebih 10,5 cm)
Jarak kedua tuber iskii.

2.BAGIAN LUNAK JALAN LAHIR
Pada kala II yang ikut membentuk jalan lahir adalah segmen bawah uterus dan vagina.
Otot dasar panggul dibagi:
1. Bagian luar : - m. Sfingter ani externus
- m.Bulbokavernosus (mengelilingi vagina)
- m. Perinei tansversus superfisialis
2. Bagian tengah : - m.Sfingter uretra
- m, iliokoksigeus
- m.Iskiokoksigeus
- m. Perinei transversus profundus
3. Bagian dalam : - diagfrahma pelvis, terutama m.levator ani. Didalamnya berjalan n.pudendus masuk ke rongga panggul melalui canalis Alcock (antara spina iskiadika dan tuber iskii) penting untuk anestesi blok n.pudendus.













pelvis anterior view of an adult male human pelvis
A. ilium
B. sacrum
C. acetabulum
D. pubis
E. pubic symphysis
F. ischium


Sumber Pustaka
Buku Utama Varney, H, 2004. Ilmu Kebidanan (Varney’s Midwifery 3 rd ed), Bandung:
Sekeloa Publisher, Bab 48, hal. 647-649 Bobak, Lowdermilk,Jensen, 2005. Maternity Nursing 4 th ed (alih bahasa Maria A.Wijayarini, Peter I. Anugerah), Jakarta: EGC, Bab 7, hal. 173-174
Buku Penunjang
Bag. Obgin FK Unpad, 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : Bandung
offset, hal. 161-164
Saifuddin,A.B,2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan
Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, hal. 93
Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri jilid I, Jakarta: EGC, hal. 52-53
Sweet, Betty.R, 1993. Mayes’ Midwifery A textbook for midwifes, 11 th ed,
England: Bailliere Tindal, hal. 142
Bennet, V. Ruth and Brown, Linda. K, 1996. Myles textbook for midwives,
12 th ed, London: Churchill Livingstone, hal. 138
Kinzie, Barbara and Gomez, Patricia, 2004. Basic Maternal and Newborn
Care: A Guide for Skilled Providers, Baltimore, Maryland, USA: JHPIEGO, hal. 2 .19

Sabtu, 16 April 2011

kanker cerviks

Kanker Serviks
Apa yang dimaksud Kanker Serviks?

Kanker serviks merupakan pertumbuhan dari suatu kelompok sel yang tidak normal pada serviks (leher rahim).

Perubahan ini biasanya memakan waktu beberapa tahun sebelum berkembang menjadi kanker. Oleh sebab itu sebenarnya terdapat kesempatan yang cukup lama untuk mendeteksi apabila terjadi perubahan pada sel serviks melalui skrining (Pap Smear atau IVA) dan menanganinya sebelum menjadi kanker serviks.

Gejala-gejala Kanker Servik
Kebanyakan infeksi HPV dan kanker serviks stadium dini berlangsung tanpa menimbulkan gejala sedikitpun sehingga penderita masih dapat menjalani kegiatan sehari-hari. Namun, jika dilakukan pemeriksaan deteksi dini dapat ditemukan adanya sel-sel serviks yang tidak normal yang disebut juga sebagai lesi prakanker. Bila kanker sudah mengalami progresifitas atau stadium lanjut maka gejala-gejala yang dapat timbul antara lain:
• Pendarahan setelah bersenggama
• Pendarahan spontan yang terjadi antara periode menstruasi rutin.
• Timbulnya keputihan yang bercampur dengan darah dan berbau.
• Nyeri panggul dan gangguan atau bahkan tidak bisa buang air kecil.
Nyeri ketika berhubungan seksual.
• Jangan tunda untuk menghubungi dokter jika Anda menemui gejala tersebut.
Penyebab utamanya adalah virus yang disebut Human Papilloma (HPV) yang dapat menyebabkan kanker. HPV 16 dan 18 secara bersama mewakili 70% penyebab kanker serviks. Biasanya sebagian besar infeksi akan sembuh dengan sendirinya namun kadang bisa menjadi infeksi persisten yang dapat berkembang menjadi kanker serviks.
Yang perlu diketahui mengenai virus HPV:

• HPV dapat ditularkan melalui hubungan seksual.
• Penularan dapat juga terjadi meski tidak melalui hubungan seksual.
• HPV dapat bertahan dalam suhu panas.

Rabu, 13 April 2011

ASUHAN KEPERAWATAN IBU DENGAN KELAINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEHAMILAN

BAB I

ASUHAN KEPERAWATAN IBU DENGAN KELAINAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEHAMILAN


A. PENDAHULUAN

A. 1. Deskripsi Mata Ajar
Kehamilan merupakan saat yang menyenangkan dan dinanti-nantikan, tetapi juga dapat menjadi saat kegelisahan dan keprihatinan.
Asuhan keperawatan pada ibu dengan kelainan yang berhubungan dengan kehamilan merupakan salah satu bentuk asuhan keperawatan yang dapat membantu ibu dalam mengatasi masalah yang terjadi dalam kehamilan.
Pada bab ini membahas tentang asuhan keperawatan pada ibu yang mengalami gangguan kehamilan yang artinya ibu berada dalam kondisi yang tidak nyaman dan tidak menyenangkan pada masa kehamilan trimester I, II, III, secara umum meliputi : Masalah kehamilan trimester I, II dan III, Hyperemesis gravidarum, Abortus, KET ( kehamilan Ektopik Terganggu ), Placenta Previa, Solutio Placenta, Pre eklampsia, Eklampsia, Hypertensi & gangguan kehamilan, Infeksi Kehamilan, Kehamilan ganda, Kehamilan dg kelainan letak, Hydramnion.
Oleh karena itu pada akhir bab ini peserta didik diharapkan mampu menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan kelainan yang berhubungan kehamilan, sehingga kelak dapat memberikan asuhan dalam pelayanan keperawatan dan mampu menyelesaikan masalah yang dihadapinya.

A. 2. Tujuan Instruksional Khusus.
Berdasarkan uraian daiatas, maka dalam bab ini akan dijelaskan tentang asuhan keperawatan pada pasien :
1. Masalah kehamilan trimester I, II dan III.
2. Hyperemesis gravidarum
3. Abortus
4. KET ( kehamilan Ektopik Terganggu )
5. Placenta Previa
6. Solutio Placenta
7. Pre eklampsia
8. Eklampsia
9. Hypertensi & gangguan kehamilan
10. Infeksi Kehamilan
11. Kehamilan ganda
12. Kehamilan dg kelainan letak
13. Hydramnion




1. MASALAH KEHAMILAN TRIMESTER I, II dan III.


TRIMESTER I
1. Pembesaran payudara
 Ibu harus dapat membiasakan diri untuk tampak berdada besar.
 Payudara akan membesar dan kencang serta nyeri bila ditekan.
 Ibu akan merasa BH atau branya terasa sesak dan tak nyaman lagi.







2. Morning sicknes (mual pagi hari)
 Mual dengan muntah, diketahui sebagai penyakit pagi (morning sicknes) tapi sering terjadi sepanjang hari atau tiap malam.
 Mual terhadap makanan tertentu karena mencium bau makanan tertentu.
 Adanya peningkatan hormonal.
3. Emosional
 Pada trimester awal kehamilan ini juga dapat mempengaruhi emosional menjadi tak stabil.
 Hal ini karena adanya perubahan hormonal dan juga rasa tanggung jawab baru sebagai seorang calon ibu.
4. Ludah yang berlebihan
 Gejala awal pada kehamilan.
 Tidak enak tapi tidak berbahaya.
 Biasanya pada ibu hamil yang mengalami morning sickness.
5. Sering buang air kecil
 Kebanyakan dialami oleh ibu hamil pada trimester pertama.
 Adanya pertumbuhan rahim yang menekan kandung kencing dan perubahan hormonal.
 Meningkatnya volume cairan tubuh dan membaiknya efisiensi ginjal ® buang air kecil.
6. Kelelahan
 Trimester pertama ® hal yang wajar.
 Tubuh ibu sedang memproduksi system pendukung kehidupan bayi.
 Tubuh banyak tuntutan fisik dan emosional kehamilan yang cukup banyak.
7. Konstipasi
 Ibu mungkin akan merasa kesulitan untuk buang air besar.
 Peningkatan hormone progesterone.
 Tablet zat besi (iron) yang diberikan oleh dokter.
8. Pusing dan sakit kepala
 Sering pada awal kehamilan.
 Adanya peningkatan tuntutan darah ke tubuh.
 Sirkulasi darah kesulitan untuk beradaptasi.
9. Masalah pada kulit
 Yang kurang beruntung ® pengeluaran minyak(berlebihan) ® timbulnya jerawat.
10. Peningkatan berat badan
 Ibu akan kesulitan untuk memasang kancing rok/celana panjang.
 Rahim ibu berkembang dan memerlukan ruang.
 Adanya pengaruh hormonal.

11. Kram perut
 Hal ini sering terjadi dan kemungkinan karena adanya pertumbuhan dan pembesaran dari rahim dimana otot dan ligament merenggang untuk menyokong rahim.

12. Ngidam
 Penelitian menunjukan bahwa 76%-90% ibu hamil mengalami ngidam ® satu jenis makanan.
 Disebabkan oleh perubahan hormonal.

Trimester II
1. Sendawa dan buang angin
 Pada trimester ini ibu akan bersendawa dan atau ingin buang angin / kentut pada saat yang tidak seharusnya dan tak sedikit ibu yang mengalami masalah ini.
 Keluhan yang paling sering selama kehamilan ® usus merengang dan ibu akan merasa kembung.

2. Perut semakin membesar
 Setelah 12 minggu, rahim membesar dan melewati rongga panggul.
 Pembesaran rahim akan bertumbuh sekitar 1 cm setiap minggu.
3. Pelupa
 Pada beberapa ibu hamil akan menjadi sedikit pelupa selama kehamilannya.
 Ada beberapa teori tentang hal ini karena tubuh ibu terus bekerja berlebihan untuk perkembangan bayinya sehingga menimbulkan blok pikiran.
4. Rasa nyeri pada ulu hati
 Ditandai dengan rasa panas atau terbakar didada bagian bawah atau perut bagian atas.
 Hal ini karena asam lambung naik ke kerongkongan.
 Pengaruh hormaonal.
5. Sakit punggung
 Melunaknya ketahanan ligamen (jaringan ikat) yang menopang rahim ibu sehingga sikap tubuh yang salah akan membuat punggung ibu menjadi tegang.
6. Kram kaki
 Kram kaki adalah kontraksi keras pada otot betis atau otot telapak kaki.
 Sebagian besar kram terjadi pada malam hari atau ketika bangun tidur, biasanya selama 1-2 menit.
7. Heart burn
 Biasanya terjadi akibat tekanan dari janin yang terus membesar, sementara kapasitas ruang dalam perut sangat terbatas.
8. Pertumbuhan rambut dan kuku
 Perubahan hormonal
 Tapi ibu tak perlu khawatir, karena rambut yang tak semestinya ini akan hilang setelah bayi lahir.
9. Sakit di perut bagian bawah
 Pada kehamilan 18-24 minggu ibu akan merasakan nyeri diperut bagian bawah yang seperti ditusuk atau seperti tertarik disatu atau dua sisi
 Hal ini karena perenggangan ligamentum dan otot untuk menahan rahim yang semakin membesar.

10. Pusing
 Hal ini dapat terjadi ketika pembesaran dari rahim anda menekan pembuluh darah besar sehingga menyebabkan tekanan darah menurun.
11. Mendengkur
 Peningkatan aliran darah selama kehamilan akan menyebabkan sesak dan pembengkakan membrane mukosa yang menimbulkan mendengkur saat tidur.
12. Anemia
 Ibu dapat menderita anemia, karena volume darah meningkat selama kehamilan, maka jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk memproduksi sel arah merah akan meningkat pula secara bertahap.
13. Perubahan kulit
 Garis kecoklatan mulai dari puser (umbilicus) ke tulang pubis disebut linea nigra.
14. Payudara membesar dan mengeluarkan cairan
 Payudara akan semakin membesar dan mengeluarkan cairan yang kekuningan yang disebut colostrums.
15. Kram pada kaki
 Kram otot ini timbul karena sirkulasi darah yang lebih lambat saat kehamilan.
16. Pembengkaan sedikit
 Hal ini karena peningkatan hormone yang menahan cairan.
17. Mimisan dan hidung tersumbat
 Adanya kadar ekstrogen dan progesterone yang tinggi.
18. Sakit pinggang
 Merupakan dampak sampingan dari persiapan tubuh.

Trimester III
1. Sakit punggung
 Hal ini karena anda meningkatnya beban berat yang anda bawa yaitu bayi dalam kandungan.
2. Konstipasi
 Tekanan rahim yang membesar ke daerah usus selain peningkatan hormone progesterone.
3. Sesak nafas
 Disebabkan oleh rahim yang mendesak paru-paru dan diafragma.
 Meningkatnya hormon kehamilan.
4. Sering kencing
 Hal ini sering terjadi setelah penerangan terjadi.
5. Susah tidur
 Di malam hari ibu akan menemukan kesulitan untuk dapat tidur nyenyak.





6. Varises
 Hal ini disebabkan adanya peningkatan volume darah dan alirannya selama kehamilan.
7. Kontraksi perut
 Kontraksi berupa rasa sakit yang ringan, tidak teratur, dan hilang bila anda duduk atau istirahat.
 Biasanya berlangsung ± 30 detik, tetapi juga dapat sampai 2 menit atau lebih.
8. Kaki dan tangan bengkak
 Disebabkan oleh perubahan hormonal yang menyebabkan retensi cairan.
9. Kram kaki
 Ini sering terjadi pada kehamilan trimester ke 2 dan 3, dan biasanya berhubungan dengan perubahan sirkulasi, tekanan pada saraf dikaki atau karena rendahnya kadar kalsium.

PERAN PERAWAT :
 Sapa ibu (dan keluarganya) membuatnya merasa nyaman.
 Mendapatkan riwayat kehamilan ibu dan mendengarkan dengan teliti apa yang diceritakan oleh ibu.
 Melakukan pemeriksaan fisik, seperlunya saja.
 Bila perlu melakukan pemeriksaan laboratorium.
 Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk menilai apakah kehamilan ibu normal.
 Membantu ibu dan keluarganya untuk mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan keadaan darurat.
 Memberikan konseling.
 Memberi zat besi 90 hari mulai minggu ke 20.
 Memberikan imunisasi TT 0,5 cc, jika sebelumnya telah mendapatkan.
 Menjadwalkan kunjungan berikutnya.
 Mendokumentasikan kunjungan tersebut.
















2. HYPEREMESIS GRAVIDARUM

Definisi :
Bertambahnya keluhan mual & muntah pd kehamilan trimester I shg mengganggu kegiatan sehari-hari & menyebabkan KU menjadi buruk

 Tdk semua wanita hamil mengalaminya.
 Perawat perlu memperhatikan & membantu ibu hamil mencegah & mengatasinya
 Kehamilan menyebabkan perubahan fisik & psikososial à wanita & keluarga hrs beradaptasi.

Etiologi : belum diketahui dg pasti.

Faktor predisposisi :
1. Primigravida
- HCG sangat tinggi pd gemelli, mola hydatidosa.
2. Faktor organik
- Villi korialis yg masuk ke dalam sirkulasi maternal à sbg.benda asing à timbul reaksi imunologik.
3. Faktor psikis.

Patofisiologi
- muntah yg berlangsung terus menyebabkan cadangan KH & lemak habis à krn.digunakan sbg sumber energi.
- oksidasi lemak menjadi tidak sempurna à menyebabkan ketosis :
asam-aseto-asetat, asam hidroksi butirat & aseton dalam darah meningkat.
- Dehidrasi yg berakibat terjadinya hemokonsentrasià perfusi jaringan berkurang
- hypokalemia

Tanda & gejala :
Tingkat I :
D.S : - lemah – nafsu makan berkurang– nyeri epigastrium.
D.O : – BB menurun – Nadi 100 x / mnt – TD menurun – turgor kulit berkurang – lidah kering – mata cekung.

Tingkat II :
- lebih lemah – apatis – turgor kulit sangat berkurang – TD menurun – lidah kering & kotor – Nadi cepat & kecil – sub febris – mata agak ikterik – BB turun – mata cekung – hemokonsentrasi – oliguria – konstipasi – nafas bau aceton – acetonuria.

Tingkat III :
• KU buruk - kesadaran turun
• muntah ( - )
• nadi lb kecil & cepat
• suhu meningkat – TD turun drastis
• Encephalo Wernicke à krn defisiensi vit.B ( diplopia – perubahan mental – gangguan hepar – ikterik)
Diagnosa Banding : ileus – appendicitis – kolesistitis – hepatitis – pyelonefritis – ulcus ventriculi – tumor serebri – pancreatitis – ketoasidosis diabetikum – intoksikasi obat.

Penatalaksanaan :
• Isolasi & bed rest
• Psikoterapi
• Pemberian cairan perenteral : glucosa 5 % + NaCl 0,9 %
• Vit.B compleks , vit C , Klorpromazin 0,25 mg IM – obat simptomatik
• Terminasi kehamilan bila KU memburuk
• Berikan makanan yg mudah dicerna & diserap à PKS
• Observasi T/N/S/P tiap 4 jam
• Pem. Lab : Hb – DL – Urine

 Diagnosa Keperawatan : Diagnosa kep dlm ANC bervariasi à individualistis
 Diagnosa mungkin meliputi seluruh pola fungsi :
- fungsi metabolisme à nutrisi
- aktivitas & latihan
- tidur – istirahat
- peran
- sexualitas
- keseimbangan
- nilai-nilai
- persepsi
- sistem tubuh
Contoh :
1. Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi.
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan istirahat dan tidur.
3. Gangguan rasa nyaman : mual & muntah.
4. Resiko terjadi hypokalemia.
5. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

Tindakan Kep. à menggunakan tehnik / pendekatan :
1. Teaching
2. Support
3. Advice
4. Persiapan self care
5. Intervensi langsung / physical care
6. Rujukan
7. Kolaborasi



 Menolong klien & keluarga :
1. Mampu beradaptasi thd kehamilan
2. Mengatasi ketidak nyamanan dg tehnik yg tepat
3. Mengenal & menghindari komplikasi
4. Merencanakan penerimaan bayi pada keluarga
5. Mencapai status kesehatan yg optimal

Gangguan kehamilan dan cara mengatasinya.
TRIMESTER I :
- mual & muntah
– sering bak
– mamae kencang
– pengeluaran cairan pervaginam
– hidung tersumbat & mimisan
– hypersalivasi
MUAL & MUNTAH à pagi hari / morning sickness
Penyebab : - peningkatan HCG ( 60-90 hari )
- emosi & kelelahan
- metabolisme KH

Intervensi : - hindari penyebab muntah
- bangun dari tempat tidur secara pelan
- beri makan porsi kecil tapi sering
- hindari makanan yg berbumbu banyak
- minuman ringan mengandung soda

SERING BAK
PENYEBAB : - tekanan pada vesica urinaria oleh uterus yg membesar
- pengaruh hormon progesteron & estrogen
Intervensi kep :
1. Minum banyak pada siang hari, kurangi pada malam hari
2. Kurangi / hindari kopi & the
3. Pencegahan infeksi

Mamae tegang / tidak nyaman ( 6 minggu ) à peningkatan estrogen & progesteron.
Intervensi : pakai BH yg menyangga.

Peningkatan cairan vagina / leucorhoe à hyperplasia mukosa vagina & peningatan estrogen

Intervensi kep :
1. Personal hygiene ( vulva hygiene )
2. Pakaian dalam katun
3. Ganti pakaian dalam bila basah
4. Pakai pembalut wanita
5. Istirahat cukup

Hyper saliva à belum diketahui penyebabnya
Intervensi :
1. Oral hygiene, Cuci mulut
2. Hindari makanan minuman yg meningkatkan cairan mulut

Hidung tersumbat / mimisan à peningkatan estrogen
Intervensi : - penguapan udara hangat / dingin à mimisan
- tetesi hidung dg air garam ( ½ sd teh garam + 1 gls air )

TRIMESTER II & III
- Nyeri epigastrium
- Varices
- Konstipasi
- Nyeri pinggang bawah
- Kram kaki / betis
- Pusing / sakit kepala
- Sesak nafas
- Kelelahan
- Oedem
- Sulit tidur

Nyeri epigastrium
Penyebab :
- penurunan motilitas gaster krn peningakatan progesteron
- relaksasi cardiak spincter
- iritasi oesophagus
- diet yg tidak benar
- takut lelah
Intervensi :
- hindari kopi, rokok, alkohol
- kurangi lemak, tingkatkan HA & sayuran
Pencegahan :
- hindari makanan merangsang HCL, makanan berminyak & pedas
- memakai pakaian yg longgar
- duduk tegak
- antasida à sesuai R/ dokter.

Sakit kepala
Penyebab : - ketegangan
- pengaruh hormon estrogen & progesteron ( ? )
Pencegahan :
- tidur & istirahat cukup
- makan minum cukup
- hindari makanan yg menimbulkan sakit kepala
- hindari faktor penyebab sakit kepala
Cara mengatasi :
- memilih bahan pakaian yg kurang menyerap panas.
- pijat ( kulit kepala, leher, bahu, dahi, muka )
- berjalan diudara segar, tempat yg tenang, relaks
- mandi air hangat
- minum the hangat manis
- meditasi , yoga.
à Tidak dianjurkan minum obat

Konstipasi dan haemoroid
Penyebab : - diet yg jelek ( kurang air )
- peningkatan progesteron
- tekanan uterus
- suplemen Fe
- kurang olahraga

Pencegahan konstipasi : - makanan tinggi serat & cukup cairan, kates
- exercise / latihan teratur
- bab teratur
Pencegahan haemoroid : duduk tidak boleh terlalu lama

Kelelahan :
Pencegahan : - cukup istirahat & tidur ( tidur siang hari )
- menyediakan waktu istirahat






















3. PERDARAHAN PADA KEHAMILAN MUDA

 Perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 22 minggu
 Penanganan Umum :
1. Penilaian secara cepat KU pasien ( TTV )
2. Periksa tanda-tanda Shock à penanganan shock
3. Bila pasien shock à kemungkinan KET ?

 Kemungkinan KET pd ibu dg : anemia, PID, gejala abortus, keluhan nyeri yg tdk biasa.
 Bila dicurigai kemungkinan KET à periksa dg hati-hati
 Bila Abortus à kenali tanda-tanda & tangani komplikasi


ABORTUS :
Pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapt hidup di luar kandungan ( kurang dari 28 minggu atau BB kurang dari 1000 gr )

Etiologi :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
2. Kelainan placenta à ggn.oksigenisasi
3. Peny.Ibu à pneumonia, typhoid, malaria
4. Kelainan traktus genetalis à inkompetensio servicalis.

Patologi :
Perdarahan pd decidua basalis à necrosis jaringan à pelepasan hasil konsepsi à kontraksi uterus.

ABORTUS IMMINENS
 Perdarahan dari uterus pd kehamilan kurang dari 28 minggu dengan / tanpa kontraksi uterus yg nyata dan hasil konsepsi dalam uterus tanpa dilatasi cervix
Tanda & gejala :
DS : Amenorhoe – mules– mengeluarkan darah pervaginam – tanda-tanda kehamilan.
DO : Pembesaran uterus sesuai umur kehamilan.
Inspeculo : Ostium Uteri tertutup – keluar darah dari ostium ut.
Diagnosa banding ( analisis ) : Mola H – KET – kehamilan dg kelainan servic

Penatalaksanaan : à tdk perlu pengobatan khusus
- USG – HCG test
- Bed rest / batasi aktivitas à menambah aliran darah ke uterus – mengurangi rangsang mekanik
- perdarahan berhenti : ANC teratur
- perdarahan terus à rujuk kemungkinan ada penyebab lain.
- konseling :nutrisi adekuat – tdk hub.sexual
- phenobarbital 3 x 30 mg/hr ( K/P )
- tdk perlu terapi hormonal à krn tdk dapat mencegah abortus.
Abortus Insipiens
 Perdarahan dari uterus yg terjadi pd kehamilan kurang dari 28 minggu dg dilatasi servics yg meningkat dg hasil konsepsi masih dalam uterus.
 DS : - perdarahan pervaginam
- mules-mules
- amenorhoe
- tanda kehamilan ( + )
 DO : - Ostium uteri terbuka – ketuban ( - )
 Penatalaksanaan :
- kehamilan kurang 12 / 16 minggu à curettage – Aspirasi Vaccum Manual
* evakuasi tdk segera dilakukan : ergomitrin 0,2 mg IM à dpt diulang 15mt
- kehamilan lb 12 / 16 minggu à tunggu ekspulsi spontan à K/P oxytocin drip à curet

Abortus Inkompletus : pengeluaran sebagian hasil konsepsi pd kehamilan kurang dari 28 minggu dg masih ada sisa tertinggal dlm uterus
DS + DO : Nyeri – perdarahan pervag banyak – tanda kehamilan (+) – tanda shock – bekuan darah di vagina / ostium uteri – kanalis servikalis terbuka
Diagnosa banding : torsio kista ovarium – komplikasi

Penatalaksanaan :
- Kehamilan kurang 16 mgu à evakuasi digital / dg cunam ovum à perd (-) ergomitrin 0,2 mg IM à perd.terus à AVM / curettage
- Kehamilan lb 16 mgu : oksitocin 20 unit dlm 500 ml cairan NaCl . IV à ekspulsi.

Abortus komplit :
- Tidak perlu evakuasi
- Observasi perdarahan – KU ibu
- Konseling

Jenis abortus
• Abortus Spontan : penghentian kehamilan sebelum janin 22 mgu:
1. Ab. Imminens à kehamilan dpt berlanjut
2. Ab.Insipiens à kehmilan tdk akan berlanjut à menjadi abortus
3. Ab.Inkomplit à sebag.hasil konsepsi telah dikeluarkan.
4. Ab.komplit à seluruh hasil konsepsi dikeluarkan.

• Abortus disengaja : proses dihentikannya kehamilan sebelum usia janin 22 mgu.
• Ab.tidak aman : prosedur yg dilakukan tdk sesuai standar medis
• Ab.septik : abortus dg komplikasi infeksi






4. Kehamilan Ektopik Terganggu
 Kehamilan dengan implantasi dan tumbuh di luar cavum uteri à tersering di Tuba Falopii.
Penyebab : Tidak diketahui dengan pasti.
Tanda & Gejala :
DS : - amenorhoe
- nyeri abdomen bawah unilateral / menyeluruh , intermitten / kontinyu
- perdarahan pervaginam
- pingsan – nyeri bahu – lemas – mual – muntah – rasa penuh pada rektum.
DO : TD menurun- Nadi meningkat ireguler - ujung ekstremitas pucat dingin - forniks posterior ( cavum Douglasi ) menonjol ( Hematokel retrouterina ) & nyeri goyang - teraba tumor di samping uterus
- Hb menurun – Leukosit meningkat.

Diagnosa Banding
1. Infeksi pelvic à akut / kronis
- mens.normal – nyeri perut bawah bilateral – fluor (+) – suhu meningkat – leukosit meningkat – nyeri goyang (+) – VT tahanan bilateral.
2. Abortus imminens / insipiens à tersering
- amenorhoe – perd.banyak & segar – nyeri di median – mules – nyeri goyang (-) – tahanan (-)
3. Ruptur korpus luteum
- pd pertengahan menst – perdarahan – tes kehamilan (-)
4. Torsi Kista / kista ovarium
- tumor lb besar & bulat – nyeri goyang – perd – tanda hamil(-)
5. Appendicitis – nyeri pd titik Mc.Burney.

Penanganan
• Jika fasilitas tdk memungkinkan à rujuk
• Rencana Diagnosis : - Kuldosintesis ( Douglas punction ) – tes HCG – Kuldoskopi / laparaskopi – Foto abdomen
• Rencana terapi : - Perbaiki KU – cairan perenteral – transfusi – persiapan operasi

• Follow up :
• Konseling : resiko akan kehmlan ektopik selanjutnya – kontrasepsi – perbaiki anemia ( S.Ferosus 600 mg/hr / po à2 mggu )
• Jadwal kunjungan / pemantauan dlm waktu 4 mggu.







PLACENTA PREVIA

 Placenta yg letaknya abnormal yaitu pd SBU & menutupi sebagian / seluruh ostium uteri internum / pembukaan jalan lahir.

 Klasifikasi :
1. Plac.Prev.Totalis : seluruh OUI / pembukaan tertutup jar.plac.
2. Plac.Prev.Lateralis : sebagian pemb.jln lahir tertutup jar.plac.
3. Plac.Prev.Marginalis : pinggir plac tepat pd pinggir pembukaan
4. Plac.letak rendah : pinggir plac. 3 – 4 cm di atas pembukaan.

Faktor Predisposisi :
- Usia ibu lb dari 35 tahun
- Grande Multi Para.

DS : Perd.pervag Pd kehmlan lb dari 28 mggu – nyeri tanpa alasan
- riwy.perd.pd Trims.I – II – Gerakan janin (+)

DO : - KU sesuai dg juml perdarahan
- Bag.bwh janin belum masuk PAP & tdk dpt didorong masuk
- BJJ (+)
- Inspekulo : darah keluar dari ostium uteri eksternum.
- kelainan letak : lintang – sungsang
Dx.Banding : kelahiran prematur
- komplikasi shock hypovolemik – persalinan prematur – plac.akreta.
Perencanaan :
- Pem.USG – Hb – Ht – Leukosit - Gol darah ( utk transfusi )
- Penanganan :
- atasi shock à infus
à kehmlan kurang 37 minggu, berat janin kurang 2500 gram : bedrest – tdk dilakukan VT sampai aterm à SC
à Kehmilan lebih 37 mggu + perdarahan banyak à SC
à Plac.let.rendah – marginalis – lateralis : pembukaan > 5 cm multi para à amniotomi à perd.terus à Sc. Pada Primi à SC












SOLUTIO PLACENTAE

 Terlepasnya plac yg letaknya normal seblm janin lahir.

 Klasifikasi :
1. Solutio plac ringan : ruptur sinus marginalis
2. Solutio plac.sedang : solutio plac.partialis
3. Solutio plac.berat : solutio plac.totalis.

 Faktor predisposisi :
1. Usia ibu yg tua ( > 36 th )
2. Multiparitas
3. Hypertensi kronis
4. Pre-eklampsia
5. Trauma
6. Tali pusat pendek
7. Tekanan pd vena cava inferior
8. Defisiensi asam folat


Patologi :
- perdarahan sedikit à hematom àmendesak jaringan plac à sirkulasi utero plac tdk terganggu.
- setelah plc.lahir à cekungan pd permukaan maternal dg bekuan darah kehitaman.
- uterus tdk dapat berkontraksi utk menghentikan perd à hematom retroplacenter lb banyak à sebagian / seluruh plac.lepas.
- darah masuk di bawah selaput ketuban à kel;uar per vaginam / menembus selaput ketuban à masuk kantung ketuban / ke serabut otot uterus à permukaan uterus bercak biru / ungu : uterus couvelaire ( tegang & nyeri ) & mengganggu kontraksi ut.post partum.
- pembekuan retroplacenter bertambah à hipofibrinogenemia.

Tanda & Gejala :
DS : - perd.pervaginam kehitaman – nyeri perut – perut tegang – rwyt.hypertensi.
DO : - tanda shock (+) à tdk sesuai dg juml.darah
- uterus tegang ( seperti papan )
- nyeri tekan
- BJJ (+) / (-)
- Inpartu (+)

Komplikasi : Anemia akut – shock – kelainan pembekuan darah – uterus couvelaire à HPP – necrosis ginjal à oliguria – gawat janin à IUFD.



Perencanaan :
- Pem.Hb – Ht – Leukosit – trombosit – gol darah.
- tes pembekuan darah
- obs.BJJ
- pem.urine lengkap
- pem.USG.

Penata laksanaan :
 Usahakan pers.pervaginam
 Amniotomi à 2 jam tdk ada kemajuan à OD
 Anemia akut à transfusi darah
 Gangguan pembekuan darah karena :
a) hypofibrinogenemia à infus fibrinogen ( 2,5 – 5 gram ) darah segar 1 – 2 ltr.
b) hiperfibrinolisis à transamin ( 250 – 500 mg ) – heparin 5.000 – 10.000 IU dlm infus NaCl à mencegah pembekuan intravaskuler
c) Trombositopenia ( kurang 50.000 per mm3 ) à transfusi trombosit
 Keadaan darah hrs.diperbaiki sebelum janin & plac.lahir.
 SC à indikasi : - janin hidup – akselerasi persalinan gagal ( 12 jam setelah amniotomi )

 Plac.lepas lb dari ¼ bagian à janin akan meninggal à sikap :
- pecahkan ketuban
- OD
- Transfusi
- monitor Hb, COT / tes pembekuan darah
- observasi tiap 2 jam à KU buruk à SC

Koagulopati ( kegagalan pembekuan darah ) :
- penyebab & akibat perdarahan hebat à dpt dipicu Solutio Plac – kematian janin dlm uterus – eklampsia – emboli air ketuban.
Penanganan :
- atasi penyebab kegagalan pembekuan : solutio plac – eklampsia
- transfusi darah segar bila tdk ada à - plasma beku segar utk menggantikan faktor pembekuan ( 15 ml/kgBB )– sel darah merah packed utk mengganti sel darah merah – Kriopresipitat (utk mengganti fibrinogen ) – konsentrasi trombosit ( trombosit < 20.000) RUPTURA UTERI • Perdarahan dpt terjadi intraabdominal / melalui vagina kecualai bila kepala janin menutupi rongga panggul. • Perd.dari ruptura uteri pada ligamentum latum tidak menyebabkan perd.intraabdominal. • Ruptur pada SBR à bila pada vagina atas : Kolpaporeksis. • Terbagi : - Kompleta : peritoneum pd permukaan ut ikut robek - inkompleta : peritoneum tdk ikut robek. Menurut terjadinya : 1. Spontan pd uterus utuh 2. Traumatik 3. Parut uterus. Tanda & Gejala : DS : - Ruptur ut imminens : nyeri terus menerus di perut bawah - Saat terjadi ruptur : merasa ada yg robek didalam perut, nyeri hebat. DO : - Ruptur imminens : gelisah, frek nafas & nadi meningkat, SBR tegang, nyeri tekan, lingkaran retraksi ( Bandl ) meningkat mendekati pusat, ligamentum rotunda tegang. - Saat terjadi ruptur : gejala kolaps sampai shock, perd ke rongga abdominal / vag - Ruptur kompleta à janin masuk rongga perut shg mudah diraba, VT tdk teraba janin. - Ruptur ut inkompleta à janin dlm uterus, meterorismes, tegang janin sukar diraba - Ruptura ut pd jaringan parut uterus à dapat terjadi tanpa gejala, his, jaringan bekas luka menipis à ruptur inkompleta, nyeri spontan, pemb.darah terbuka à perdarahan à anemia, shock à IUFD Faktor predisposisi : - Multi paritas, partus dukun, oksitocin dosis tinggi. Faktor utama : - partus tidak maju à CPD, letak lintang, SBR meregang Faktor penyebab : - jatuh, kecelakaan - usaha vaginal pada partus : VE, embriotomi à ruptur uteri violenta Bekas SC ( sering), miomektomi (jarang), kuretase. Penatalaksanaan : à Pimpinan persalinan yg baik ( kala II dipercepat ) à di RS  Atasi infeksi ( Ab) & shock dg infus sebelum tind.pembedahan  SC segera setelah kondisi stabil  Bila uterus tdk dapat diperbaiki à hysterectomi  Bekas SC : kontra indikasi pemberian oksitosin, partus di RS, kala II tdk boleh terlalu lama.  Penjahitan luka bila pinggir luka rata & tdk tyerjadi infeksi. Hypertensi & gangguan kehamilan > HT krn kehamilan & HT kronik ( meningkatnya TD sebelum usia ke hamilan 20 mgu )
• TD > 140 / 90 mmHg
• - Sistolik naik 30 mmHg, diastolik naik 15 mmHg.
Klasifikasi :
 Hipertensi ( tanpa proteinuria atau oedema )
 Preeklampsia ringan
 Preeklampsia berat
 Eklampsia.

Gejala & Tanda :
Ds : Nyeri kepala
DO : Kejang, hilang kesadaran.
Diagnosa banding kejang : epilepsi, malaria, trauma kepala, meningitis, encephalitis

Gejala & Tanda :
Hipertensi dalam kehamilan :
- Tek.diastolik 90 – 110 mmHg ( 2 pengukuran jarak 4 jam ) pd kehamilan > 20 mgu
- Proteinuria ( - )
- Tek.diastolik > 90 mmHg pd kehamilan < 20 mgu à Ht kronik • tek.diastolik àindikator prognosis • Tek.diastolik mengukur tahanan perifer & tdk dipengaruhi oleh emosi pasien • Bila tek.diastolik > 90 mmHg pd 2 x pem. jarak 4 jam / lb à HT
• Bila HT pd kehamilan > 20 mgu, pd persalinan atau dlm 48 jam post partum à HT dlm kehamilan.
• Bila Ht pd kehamilan < 20 mgu à HT kronik. Penanganan HT tanpa proteinuria : 1. Pantau TD, urine & kondisi janin setiap minggu. 2. Bila TD meningkat à preeklampsia ringan 3. Bila janin memburuk à rujuk 4. Beritahu pasien & keluarga ttg tanda & bahaya preeklampsia / eklampsia. 5. Bila TD stabil à janin dpt lahir normal. 6. Deteksi dini & penanganan bumil RT. 7. Follow up teratur & kapan harus kembali kontrol. 8. Dukungan sosial / moral. Pencegahan HT dlm kehamilan à belum terbukti : - pembatasan kalori, cairan & garam - manfaat aspirin, kalsium & obat pencegah HT Pre eklampsia  Penyakit dg tanda EPH karena kehamilan pd trimester III.  Edema : BB meningkat karena retensi air, pertambahan ½ kg/mgu atau 2 kg/bulan atau > 13 kg selama kehamilan.
 Proteinuria : protein dalam urine 24 jam > dari 5 0/oo
 Hipertensi : TD > 140 / 90 mmHg
- Sistolik naik 30 mmHg, diastolik naik 15 mmHg.
*Terdapatnya proteinuria à preeklampsia
• Kondisi lain proteinuria : infeksi traktus urinarius, anemia berat, gagal jantung, partus lama, hematuria, kontaminasi dg darah vagina.
• Pem.urine : urine midstream à kateterisasi tdk dianjurkan

Klasifikasi :
1. Monosimptomatik EPH gestosis
2. Polisimptomatik, 2 dari 3 gejala
3. E I ( Eklampsia iminens ) = eklampsia membakat.
4. E C ( Eklampsia Convulsi ) = Eklampsia

Tanda & gejala
DS : sakit kepala – gangguan penglihatan – BB meningkat – nyeri epigastrium.
DO : PER à sering tanpa gejala
- E : -
- P : + / ++ , 1 g / urine 24 jam
- H : 140 – 160 / 90 – 110 mmH

PEB : - E : +
- P : + 3 / + 4 , 5 g/urine 24 jam
- H : > 160/110 mmHg
- oliguria ( < 400 ml / 24 jam ) - edema paru - cyanosis Faktor predisposisi : 1. Usia ibu < 20 tahun 2. ANC ( - ) 3. Kurang gizi, deficiensi protein. 4. Riwayat pre eklampsia & eklampsia dlm keluarga. 5. Peny.HT vaskular 6. Multipara, DM, Mola H. Penata laksanaan. PER kehamilan < 37 mgu à rawat jalan 1. ANC 2 x / minggu 2. Monitor TD, urine, refleks & kondisi janin. 3. Konseling pasien & kel. ttg bahaya PreEklampsia & Eklampsia 4. Istiraha cukup 5. Diet biasa 6. Tdk perlu obat MRS : - Diet biasa - Pantau TD 2 x / hari & urine setiap hari - Tdk perlu obat - Bila ada edema paru, dekompensasi cordis, gagal ginjal akut à perlu diuretik. - Bila Diastolik normal à pasien pulang à HE : istirahat & pengenalan tanda preeklampsia berat – kontrol 2 x seminggu à tekanan diastolik meningkat à MRS lagi. - Bila ada tanda perbaikan à observasi dilanjutkan sampai aterm - Bila ada tanda pertumbuhan janin terhambat à terminasi - Kehamilan > 37 mgu – cervix matur à pecahkan ketuban & induksi persalinan.
- Kehamilan > 37 mgu – cervix belum matang à Sc.

Penanganan PEB & Eklampsia.
- Tekanan diastolik > 110 mmHg à obat antihipertensi ( sampai 90-100 mmHg )
- Pasang infus
- Pantau keseimbangan cairan.
- Bila urine < dari 30 ml / jam à hentikan magnesium sulfat ( MgSO4) dan berikan cairan IV ( NaCl 0,9 % / RL ) 1000 ml / 8 jam. Dan pantau kemungkinan edem paru. - Bila terdapat tanda edema paru à hentikan cairan IV & berikan diuretik ( furosemid 40 mg IV ) - Jangan ditnggal sendiri à kejang disertai muntah dpt terjadi aspirasi - Obs.TTV & DJJ setiap jam. - Bedside clotting test à 7 menit tdk terjadi pembekuan à kemungkinan koagulopati. Penangan kejang - Atur posisi miring - Beri obat antikonvulsan - Siapkan perlengkapan penanganan kejang - Beri O2 4 – 6 liter per menit - Lindungi pasien dari trauma - Setelah kejang, aspirasi mulut & tenggorokan pasien K/P Pemberian MgSO4 Syarat : - frek pernafasan > 16 x / menit – diuresis > 30 ml/jam – refleks baik.
Efek : Vasodilatasi – gangguan ginjal, gangguan pernafasan, neurologik.

EKLAMPSIA
• Dapat terjadi pada kehamilan & masa nifas.
Tanda & gejala :
DS :
1. PEB yg meningkat. : Nyeri kepala frontal - Ggn.penglihatan - Mual berlebihan - Nyeri epigastrium
2. Kejang.
DO :
1. Kejang :
- Tingkat AURA ( 30 “ ) à mata terbuka, tangan – kelopak mata bergetar, kepala diputar ke kanan & kiri.
- Kejang tonik ( + 30 “ ) à cianotik à lidah dpt tergigit.
- kejang klonik ( 1 – 2 ‘ )
- koma à sadar kembali – dapat timbul serangan baru.
2. TD meningkat, nadi cepat, suhu meningkat, kesadaran menurun

Diagnosa Banding :epilepsi, kejang krn obat anastesi lokal, koma DM, meningitis , encephalitis.

Komplikasi :
1. lidah tergigit, trauma, fraktur.
2. Solutio placentae
3. Hemolisis
4. hipofibrinogenemia.
5. Ggn.penglihatan, perdarahan retina , edema.
6. edema paru
7. Nekrosis hati krn.vasospasme arteriol
8. kelainan ginjal, anuria
9. aspirasi pneumonia
10. Prematuritas, IUFD

Penata laksanaan :
 Sama dg PEB
 Gagal ginjal + edema à beri diuretika.
 TD > 170/110 mmHg à anti hipertensi.
 Terminasi kehamilan. Induksi setelah 8 jam kejang ( keadaan stabil )
 HE : ANC teratur sejak hamil muda – terapi bila tanda preeklampsia – terminasi kehamilan pd kehamilan > 37 setelah dirawat terdapat tanda-tanda pre eklampsia.




K P D

 Pecahnya selaput ketuban pada pembukaan cervix kurang dari 5 cm dalam kehamilan / persalinan.
 Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah usia kehamilan 22 minggu.
 KPD bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
 Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pd kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 mgu maupun kehamilan aterm.

Faktor predisposisi :
1. Servicitis, vaginitis
2. Servic inkompeten
3. Gemelli.
4. Hydramnion.
5. Pre term.
6. CPD
7. Pekerjaan >> à kontraksi uterus.

 Faktor yang mempengaruhi ;
1. Sosek rendah
2. Usia ibu
3.Nutrisi.

 Tanda & gejala :
S : Mengeluarkan air-air ( bening keputihan )
O : - Janin mudah dipalpasi krn.air ketuban sedikit
- tes air ketuban :
1. lakmus merah menjadi biru ( basa )
2. Mikroskopis : arborisasi ( seperti daun pakis ) à garam- garam mengalami kristalisasi
- inspekulo à keluar cairan melalui ostium uteri / terkumpul di forniks posterior.
- bau cairan ketuban yg khas.
- bila keluar cairan ketuban sedikit-sedikità tampung & nilai 1 jam kemudian.

Penanganan à rawat di RS ( bed rest )
1. Tentukan umur kehamilan à K/P dg USG
2. Tentukan letak dan presentasi janin.
3. Lakukan pem.inspekulo à bedakan dg urine.
4. Jika ada perdarahan pd akhir kehamilan setelah 22 mingguà jangan VT.
5. Tentukan ada / tidak infeksi à pem.suhu – leukosit
6. Amniosintesis
7. Terapi medis :
- bila ada perdarahan pervaginam dg nyeri perut à kemungkinan solutio placentae.
- ada tanda infeksi ( demam, cairan pervaginam bau ) : antibiotik
- tidak ada tanda infeksi & kehamilan < 37 mgu :antibiotika & kortikosteroid. - lakukan persalinan pd kehamilan 37 mgu. - jika ada his & darah lendir à persalinan pre term. tidak ada tanda infeksi & kehamilan > 37 mgu :
- ketuban pecah > 18 jam à antibiotika
- nilai servic à sudah matang lakukan induksi persalinan dg oksitosin
à belum matang à beri prostaglandin & infus oksitosin à SC

Komplikasi
1. Infeksi
à melalui ascending fetoplacental infection ( darah, usus dan tuba )
à infeksi intra uterin
2. Partus pre term
3. Prolaps tali pusat
4. Distosiaà dry labour




Kehamilan dg kelainan letak
Letak Sungsang:
- Letak janin memanjang dengan kepala di fundus ut & bokong menempati bag bawah cavum uteri.
Jenis :
1. presentasi bokong sempurna ( terendah bokong & kedua kaki ekstensi )
2. Presentasi bokong – kaki sempurna ( kedua kaki teraba disamping bokong )
3. Presentasi kaki : terendah bokong & kaki
4. Presentasi kaki : kedua kaki terletak paling bawah.

DS : Merasa gerakan janin di bag bawah perut.
DO : - F.ut : teraba bulat tidak melenting
- DJJ diatas umbilicus / =
- VT : teraba sacrum – kaki – anus
à Diagnosis dg USG
• Faktor penyebab :
prematur , multiparitas, gemelli, hydramnion, plac.previa, panggul sempit, kelainan bentuk uterus.

Penanganan à dalam kehamilan
- Cari penyebab
- Versi luar à primi 34 mgu – multi 36 mgu.
à syarat : letak janin jelas – kehamilan tunggal – air ketuban cukup banyak – tdk ada tumor intra abdominal – uterus tdk kontraktil – bagian terendah belum masuk PAP
à kontra indikasi : CPD - bekas SC – HAP – hydramnion – KPD – gawat janin – hypertensi – pre eklampsia-solutio plac – anencephalus / hydrocephalus
Dalam Persalinan
- Suspect CPD à SC
- Presentasi bokong kaki tak sempurna à waspada prolapsus vuniculi bila ketuban pecah
- Bila ada kelainan his- primi tua à Sc.

- Presentasi bokong :
- pervaginam : - partus spontan – partus dg manual aid – ekstraksi
- per abdomen : SC


LETAK LINTANG

- janin terletak melintang dalam uterus, kepala pd sisi yg satu & bokong pd sisi yg lain.
- biasanya bokong lb tinggi dari kepala & bahu di PAP
Penyebab :
- multi paritas
- gemelli – hydramnion
- keadaan yg menghalangi turunnya kepala : tumor jalan lahir- panggul sempit – placenta previa.
- bentuk uterus abnormal
- mioma uteri
- enencephalus – janin kecil – tali pusat pendek / melilit

Tanda & gejala :
Ds : ( - ) à perdarahan bila penyebabnya placenta previa
DO : - uterus lb besar
- F ut tdk sesuai dg umur kehamilan.
- F ut kosong – bag diatas symphisis juga kosong
- kepala ( ballotement + ) disamping
- DJJ sekitar pusat
- VT teraba tulang iga – axila – scapula

Penanganan dalam kehamilan :
1. Dicari penyebabnya
2. Pada nullipara kehamilan 34 mgu à VL à tdk ada kontraindikasi
3. Pada multipara kehamilan 38 mgu à VL

Pada persalinan :
1. Janin hidup à TBJ > 2000 gram SC
à TBJ < 2000 gam / gestasi < 34 mgu à pervaginam 2. Versi Ekstraksi à pembukaan lengkap dg syarat : - ketuban ( + ) / pecah < 1 jam - air ketuban cukup banyak - tdk ada CPD 3. Pada janin mati à embriotomi ( dekapitasi ) 4. Bila terjadi ruptur uteri à histerectomi. Indikasi SC : 1. KPD 2. Ketuban pecah pembukaan kecil 3. Tali pusat / tangan menumbung 4. Primigravida à usia > 35 tahun.
5. DJJ tdk teratur
6. Ada komplikasi tambahan : - bekas SC – post maturitas – ingin anak.


Hydramnion

 Keadaan dimana jumlah cairan amnion > dari 2000 ml ( normal pd kehamilan 36 mgu = 1000 ml )
 Hydramnion akut : pd kehamilan 24 – 30 mgu ( 16 – 20 mgu ) à berakhir dg abortus – prematurus
Penyebab :
1. Kelainan janin : anencephalus, spina bifida, atresia esophagia, hydrops fetalis, kembar mono zygot, hemangioma placenta.
2. Kelainan ibu : DM, peny.jantung , PE.

Tanda & gejala
DS : nyeri di rahim, sesak nafas, gangguan pencernaan, edema ekstremitas & varices.
DO :- Perut tegang & mengkilap
- F Ut lb tinggi dari usia kehamilan
- gelombang cairan ( + )
- bagian janin sulit diraba

Diagnposa banding :kista ovarium , mioma uteri, gemelli.
Komplikasi :
- mal presentasi – prematur – KPD – Prolaps tali pusat – HPP – solutio placentae.

Dignosis : USG

Penanganan :
1. Istirahat à sedativa
2. Amniosentesis
3. Biala ada gangguan hebat à terminasi kehamilan à amniotomi.





C. Penutup.

C.1. Rangkuman

1.1. Masalah kehamilan trimester I, II dan III.
Tdk semua wanita hamil mengalaminya.
Perawat perlu memperhatikan & membantu ibu hamil mencegah & mengatasinya
Kehamilan menyebabkan perubahan fisik & psikososial à wanita & keluarga hrs beradaptasi.
Diagnosa kep dlm ANC bervariasi à individualistis

Hyperemesis gravidarum
Bertambahnya keluhan mual & muntah pd kehamilan trimester I shg mengganggu kegiatan sehari-hari & menyebabkan KU menjadi buruk Etiologi : belum diketahui dg pasti.

1.3. Abortus
Perdarahan pervaginam / pengakhiran kehamilan pada kehamilan kurang dari 22 minggu atau berat lahir kurang dari 500 gram atau panjang lahir kurang dari 25 centimeter.

KET ( kehamilan Ektopik Terganggu )
Kehamilan Ektopik Terganggu :
Kehamilan dengan implantasi dan tumbuh di luar cavum uteri à tersering di Tuba Falopii. Penyebab : Tidak diketahui dengan pasti.

1.5. Placenta Previa
Placenta yg letaknya abnormal yaitu pd SBU & menutupi sebagian / seluruh ostium uteri internum / pembukaan jalan lahir.
Klasifikasi :
1. Plac.Prev.Totalis : seluruh OUI / pembukaan tertutup jar.plac.
2. Plac.Prev.Lateralis : sebagian pemb.jln lahir tertutup jar.plac.
3. Plac.Prev.Marginalis : pinggir plac tepat pd pinggir pembukaan
4. Plac.letak rendah : pinggir plac. 3 – 4 cm di atas pembukaan.

1.6. SOLUTIO PLACENTAE
Terlepasnya plac yg letaknya normal seblm janin lahir.
Klasifikasi :
1. Solutio plac ringan : ruptur sinus marginalis
2. Solutio plac.sedang : solutio plac.partialis
3. Solutio plac.berat : solutio plac.totalis.

RUPTURA UTERI

• Perdarahan dpt terjadi intraabdominal / melalui vagina kecualai bila kepala janin menutupi rongga panggul.
• Perd.dari ruptura uteri pada ligamentum latum tidak menyebabkan perd.intraabdominal.
• Ruptur pada SBR à bila pada vagina atas : Kolpaporeksis.

1.7. Hypertensi & gangguan kehamilan
Hypertensi & gangguan kehamilan
> HT krn kehamilan & HT kronik ( meningkatnya TD sebelum usia ke hamilan 20 mgu )
• TD > 140 / 90 mmHg
• - Sistolik naik 30 mmHg, diastolik naik 15 mmHg.
Klasifikasi :
 Hipertensi ( tanpa proteinuria atau oedema )
 Preeklampsia ringan
 Preeklampsia berat
 Eklampsia.

1.8. Pre eklampsia
 Penyakit dg tanda EPH karena kehamilan pd trimester III.
 Edema : BB meningkat karena retensi air, pertambahan ½ kg/mgu atau 2 kg/bulan atau > 13 kg selama kehamilan.
 Proteinuria : protein dalam urine 24 jam > dari 5 0/oo
 Hipertensi : TD > 140 / 90 mmHg
- Sistolik naik 30 mmHg, diastolik naik 15 mmHg.
*Terdapatnya proteinuria à preeklampsia
• Kondisi lain proteinuria : infeksi traktus urinarius, anemia berat, gagal jantung, partus lama, hematuria, kontaminasi dg darah vagina.
• Pem.urine : urine midstream à kateterisasi tdk dianjurkan
Klasifikasi :
1. Monosimptomatik EPH gestosis
2. Polisimptomatik, 2 dari 3 gejala
3. E I ( Eklampsia iminens ) = eklampsia membakat.
4. E C ( Eklampsia Convulsi ) = Eklampsia

1.9. EKLAMPSIA
• Dapat terjadi pada kehamilan & masa nifas.
Tanda & gejala :
1. PEB yg meningkat. : Nyeri kepala frontal - Ggn.penglihatan - Mual berlebihan - Nyeri epigastrium
2. Kejang.

1.10. Demam dalam kehamilan
Ibu menderita demam ( suhu > 38 0 ) dlm kehamilan / persalinan.

K P D : Pecahnya selaput ketuban pada pembukaan cervix kurang dari 5 cm dalam kehamilan / persalinan.
 Keluarnya cairan berupa air-air dari vagina setelah usia kehamilan 22 minggu.
 KPD bila terjadi sebelum proses persalinan berlangsung.
 Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pd kehamilan preterm sebelum kehamilan 37 mgu maupun kehamilan aterm.

1.11. Kehamilan dg kelainan letak
Letak Sungsang:
- Letak janin memanjang dengan kepala di fundus ut & bokong menempati bag bawah cavum uteri.
Jenis :
1. presentasi bokong sempurna ( terendah bokong & kedua kaki ekstensi )
2. Presentasi bokong – kaki sempurna ( kedua kaki teraba disamping bokong )
3. Presentasi kaki : terendah bokong & kaki
4. Presentasi kaki : kedua kaki terletak paling bawah.

1.12. Hydramnion

 Keadaan dimana jumlah cairan amnion > dari 2000 ml ( normal pd kehamilan 36 mgu = 1000 ml )
 Hydramnion akut : pd kehamilan 24 – 30 mgu ( 16 – 20 mgu ) à berakhir dg abortus – prematurus
Penyebab :
1. Kelainan janin : anencephalus, spina bifida, atresia esophagia, hydrops fetalis, kembar mono zygot, hemangioma placenta.
2. Kelainan ibu : DM, peny.jantung , PE.





















C.2. Latihan soal.

1. Merupakan faktor predisposisi terjadinya hyperemesis gravidarum :
1. Peningkatan HCG
2. Villi khorialis yang masuk ke dalam sirkulasi maternal.
3. Faktor psikis ibu.
4. Kehamilan Mola Hydatidosa.

2. Tanda dan gejala hyperemesis tingkat II adalah sebagai berikut, kecuali :
a. TD menurun.
b. Sub Febris.
c. Nadi 100 x permenit
d. Oliguria
e. Nafas bau aceton

3. Penata laksanaan pada pasien dengan hyperemesis gravidarum :
1. Isolasi & bed rest
2. Pemberian cairan perenteral : glucosa 5 % + NaCl 0,9 %
3. Berikan makanan yg mudah dicerna & diserap à PKS
4. Psikoterapi

4. faktor penyebab abortus antara lain :
1. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
2. Kelainan placenta à ggn.oksigenisasi
3. Peny.Ibu à pneumonia, typhoid, malaria
4. Kelainan traktus genetalis à inkompetensio servicalis.

5. Tanda-tanda obyektif abortus iminens :
1. Amenorhoe.
2. Mules-mules.
3. Mual-muntah.
4. Ostium uteri tertutup pada pemeriksan inspeculo.

6. Pernyataan berikut ini benar tentang KET :
a. Kehamilan dengan implantasi dan tumbuh diluar cavum uteri.
b. Kehamilan dengan implantasi dan tumbuh di Tuba Falopii.
c. Faktor penyebab yang pasti belum diketahui.
d. Jawaban a, b dan c benar.
e. Jawaban a dan c benar.







C.3. Kunci Jawaban.
1. E 2. C 3. E 4. E 5.D. 6. D


1. Jawaban E.
Peningkatan kadar HCG sampai labih dari 60% dalam darah dapat menyebabkan mual muntah. Adaptasi psikologi ibu hamil menunjukkan kesiapan ibu dalam menerima kehadiran bayinya.

2. Jawaban C.
Pada hyperemesis gravidarum denyut nadi menjadi lebih kecil dan tidak teratur.

3. Jawaban E.
Pembatasan aktivitas dan pemberian cairan adekuat sangat diperlukan sebagai pengganti cairan yang hilang, dukungan secara moril sangat dibutuhkan agar pasien menjadi lebih tenang.

4. Jawaban E.
Tumbuh kembang janin dalam uterus diperlukan adanya oksigen & nutrisi adekuat, invasi kuman dapat masuk kedalam tubuh janin melalui sirkulasi darah.

5. Jawaban D.
Apabila ostium uteri dalam keadaan tertutup, kemungkinan kehamilan dapat dipertahankan.

6. Jawaban D.
Implantasi hasil konsepsi apabila tumbuh diluar cavum uetri kemungkinan tidak dapat tumbuh terus sampai aterm.



C.4. Petunjuk.

1. Bila mahasiswa dalam latihan soal diatas mendapat nilai lebih dari 50 % boleh , mengikuti kuliah bab berikutnya.
2. Bila mendapatkan nilai 50 % atau kurang dari 50 % , diharapkan mengikuti latihan soal kembali.









D. DAFTAR PUSTAKA



---------------------------- (1994). Pelayanan Kesehatan Perinatal, Dirjen Binakesmas, Jakarta

--------------------------- ( 2002 ), Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka Sarwono , Jakarta.

Prawirohardjo, S ( 2006 ), Ilmu Kebidanan , Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.



































E. Senarai.

1. Kehamilan dengan masalah kesehatan membutuhkan rujukan untuk konsultasi dan atau kerja sama penanganannya.

2. Kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan membutuhkan rujukan segera.


3. Pada kegawatdaruratan dan penyulit yang melebihi tingkat ketrampilan dan kemampuan petugas dalam mengelola, maka harus segera dirujuk.